Archive

Archive for the ‘Faktor Pria’ Category

ANALISA SPERMA, WHAT NEXT?

dr. Seso Sulijaya, SpAnd

Bagi para pasangan yang sedang promil (program hamil) pasti tidak asing dengan pemeriksaan yang satu ini. Analisa sperma atau analisa semen merupakan pemeriksaan dasar untuk menilai kesuburan seorang pria. Jadi…biar adil tidak hanya istri melulu yang diperiksa yach!! Sang pria juga harus diperiksa, yakni paling gampang dengan pemeriksaan analisa sperma.

Banyak pria yang enggan pada awalnya untuk melakukan pemeriksaan ini, mulai dari rasa malu, sungkan, gengsi bahkan takut jika ternyata penyebab istri susah hamil karena si pria. Padahal menurut data, faktor pria atau faktor sperma memegang peranan cukup besar yakni sekitar 30% dari seluruh kasus infertilitas (sulit mempunyai keturunan). Banyak juga yah!?

 

Melalui pemeriksaan analisa sperma, sang dokter yakni dokter Andrologi mampu mengevaluasi fungsi reproduksi atau kesuburan seorang pria.

semen collection

Secara umum, terdapat tiga hal penting yang dianalisa dari pemeriksaan analisa sperma, antara lain: jumlah (konsentrasi sperma), kualitas yakni pergerakan (motilitas sperma) dan bentuk normal (morfologi normal sperma).

Perlu diingat, seorang dokter Andrologi tidak mampu menilai kesuburan pria hanya berdasarkan satu kali pemeriksaan analisa sperma karena menurut WHO, minimal perlu dilakukan dua kali pemeriksaan analisa sperma dengan rentang waktu 2-4 minggu.

semen analysis

Beberapa kemungkinan dari hasil analisa sperma adalah :

semen parameter

Lalu apa saja syarat pemeriksaan analisa sperma? Sebelum melakukan analisa sperma, pasien harus puasa seksual selama 2-7 hari. Puasa seksual…hmmm apa sih artinya? Artinya pasien tidak boleh mengeluarkan sperma (hubungan seksual, mimpi basah atau masturbasi) minimal 2 hari dan maksimal 7 hari (pasti bisa dong!).

Pengeluaran juga sebaiknya dilakukan dengan cara masturbasi (sendiri atau dibantu istri). Sampel sperma harus dikumpulkan menggunakan wadah yang bersih (wadah sperma ini bisa diperoleh dari laboratorium yang menyediakan layanan andrologi seperti di rumah sakit tempat saya bekerja). Satu hal lagi yang penting, sampel sperma harus diperiksa dalam waktu 30 menit sejak dikeluarkan ( biar fresh from the oven). Semua syarat ini bertujuan agar pembacaan sampel sperma akurat untuk menilai kesuburan pria.

andrologist

Setelah diperoleh dua hasil pemeriksaan analisa sperma, what’s next? Nah, saatnya si pria datang berkonsultasi dengan dokter Andrologi untuk mengetahui status kesuburannya. Dari hasil analisa sperma, mungkin saja si pria hanya disarankan untuk memperbaiki pola gaya hidup (perbaikan asupan makanan, mengurangi berat badan, olahraga, mengurangi kebiasaan merokok, tidur malam yang cukup, kurangi penggunaan celana yang ketat, dan lain sebagainya) untuk pria dengan gangguan kualitas sperma yang ringan. Pada kasus gangguan jumlah dan kualitas sperma yang berat, seorang dokter Andrologi bisa menyarankan pemeriksaan hormon reproduksi atau bahkan pemeriksaan USG testis pada kasus curiga adanya sumbatan atau pada kasus varises pada sekitar buah pelir (varikokel).

Jadi jangan ragu, bagi Anda para pria muda yang bersama pasangannya sedang menjalani promil. Segera lakukan pemeriksaan analisa sperma dan konsultasikan dengan dokter Andrologi seperti di rumah sakit kami agar segera mendapatkan penanganan sehingga tidak terlambat.

Salam andrologi,

drzeezouu

Masalah Seksual dan Infertilitas

Data yang dikumpulkan pada tahun 2010 (sekitar 8 tahun yang lalu) menunjukkan bahwa sekitar 45,5 juta pasangan di seluruh dunia mengalami problem infertilitas. Dengan kata lain sekitar 12% pria di seluruh dunia mempunyai masalah ketidaksuburan. Banyak faktor yang menyebabkan ketidaksuburan pada pria dan salah satunya yakni gangguan seksual (sexual dysfunction). Ups….

Meskipun data WHO menunjukkan bahwa gangguan seksual dikatakan hanya berperan pada sekitar 2,4% dari seluruh kasus infertilitas, masalah seksual tidak dapat dipandang remeh temeh. Data di Amerika menunjukkan bahwa sekitar 20-30% pria usia subur (15-44 tahun) mengalami masalah seksual dengan berbagai tingkatan. Masalah seksual sendiri mencakup disfungsi ereksi, gangguan ejakulasi hingga gangguan orgasme. Lalu apa hubungan antara gangguan seksual dengan ketidaksuburan atau infertilitas?

infertility stress

Begini…Infertilitas sendiri menjadi suatu beban psikologis bagi para pasangan yang telah menikah. Setelah bertahun-tahun menikah, mulai dari orang tua, kerabat bahkan teman selalu menanyakan mengenai kapan hamil. Stres psikologis yang berkepanjangan dan tidak teratasi inilah yang akan menyebabkan disfungsi ereksi. Selain itu, stress juga akan berdampak pada ketidakseimbangan hormon dan nantinya berpengaruh pada produksi sperma.

Gangguan seksual juga dapat menjadi indikator awal dari kesehatan pria secara keseluruhan. Disfungsi ereksi terutama disebabkan oleh gangguan aliran darah atau vaskular yang bisa disebabkan oleh gangguan metabolisme, semisal penyakit gula (diabetes), tingginya kolesterol atau hipertensi. Penyakit metabolism ini merupakan penyakit kronis yang bila tidak diatasi sejak awal akan mengganggu kesehatan secara umum dan kesehatan reproduksi secara khusus.

So, bila Anda dan pasangan belum dikaruniai momongan dan mencium aroma adanya masalah gangguan seksual dalam hidup berumahtangga, yuk segera konsultasikan masalah Anda ke dokter spesialis Andrologi terdekat semisal di RSIA Gladiool tempat saya bekerja untuk mendapatkan penatalaksanaan yang tepat. Anda puas, kami pun senang.

Salam Andrologi,

drzeezouu

 

Categories: Faktor Pria, Infertilitas

Simpan Beku Sperma (Sperm Freezing): Solusi bagi Pasangan LDR

Proses pengumpulan cairan mani tak jarang menimbulkan beban psikis yang cukup besar bagi para pria. Mulai dari ketakutan tidak mampu mengeluarkan cairan mani hingga masalah jadwal yang sangat padat. Di zaman milenial dan kekinian seperti saat ini, suami tidak selalu bisa menemani istri selama menjalani serangkaian promil baik inseminasi buatan (IB) ataupun bayi tabung (IVF).

Tapi tenang saja, hai para calon Ayah! Hal tersebut kini bukan lagi menjadi suatu kendala bila Anda dan pasangan yang berencana mengikuti promil khususnya IB maupun bayi tabung. Anda dapat menyimpanbekukan sperma Anda atau yang istilah kerennya sperm freezing. Layanan sperm freezing merupakan solusi bagi Anda yang memiliki kendala jarak (pasangan LDR) hingga kendala waktu. Bahkan di negara-negara maju, layanan ini ditawarkan pada para pria sebelum pengobatan kanker yang beresiko terhadap kesuburan.

sperm freezing

Beruntungnya layanan sperm freezing ini kini telah tersedia di berbagai klinik bayi tabung seperti halnya di Gladiool IVF yang terletak di RSIA Gladiool Magelang, tempat saya bekerja. Sebelum memutuskan untuk menyimpanbekukan sperma Anda/suami Anda, konsultasikanlah dengan dokter spesialis Andrologi di rumah sakit terdekat.

Salam Andrologi,

drzeezouu

 

SPERMA LETOY (ASTHENOZOOSPERMIA)

Oh….Sperma bisa lemes atau letoy juga yah?! Gangguan sperma berupa banyaknya sperma yang letoy disebut dengan asthenozoospermia. Definisi dari istilah asthenozoospermia yakni suatu kondisi dimana sebagian besar sel benih atau spermatozoa di dalam cairan mani bergerak sangat lambat atau tidak bergerak sama sekali.

Berdasarkan penggolongan menurut motilitas atau gerakannya, sel spermatozoa dibagi menjadi tiga yakni gerak progresif (maju lurus ke depan), gerak non progresif (gerak tidak maju atau berputar-putar) serta imotil (tidak bergerak). Menurut aturan WHO terbaru yakni tahun 2010, hasil analisis sperma dikatakan normal bila minimal 32% dari seluruh spermatozoa dalam cairan mani bergerak lurus maju (progresif).

Lalu sebenarnya apa yang membuat spermatozoa bisa bergerak? Spermatozoa dapat bergerak karena adanya flagel atau yang sering dikenal dengan ekor. Di dalam flagel tersebut terdapat mitokondria yang merupakan mesin penghasil energi untuk pergerakan spermatozoa. Pergerakan spermatozoa ini penting selama dalam di dalam rahim dan menuju saluran telur untuk bertemu dengan sel telur saat ovulasi. Selain itu, pergerakan spermatozoa juga penting agar spermatozoa dapat menembus lapisan pelindung sel telur dan akhirnya dapat membuahi sel telur.

sperm tail

Penyebab dari kondisi asthenozoospermia ada bermacam-macam, mulai dari pengaruh usia, gaya hidup seperti merokok, hobby berendam air panas, sauna, gemar memakai celana jeans yang ketat, adanya infeksi, penyakit kronis misal hepatitis, faktor hormon hingga faktor keturunan atau genetik. Wah banyak juga yah?! Nah untuk pengaruh suhu terhadap kualitas sperma dapat dibaca lebih lanjut pada artikel “berendam air panas bisa mengurangi produksi dan kualitas sperma”.

Jika hasil analisis sperma menunjukkan hasil asthenozoospermia atau gerak spermatozoa yang kurang, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis Andrologi, misal di rumah sakit tempat saya bekerja untuk mengetahui penjelasan mengenai penyebab dari kondisi Anda serta penanganan yang diperlukan agar sperma Anda tidak letoy lagi.

Salam andrologi,

drzeezouu

Categories: Faktor Pria, Infertilitas

Seminar tentang “Infertilitas dan Bayi Tabung”

28/10/2012 Leave a comment

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai bayi tabung yang ‘Simple and Affordable’ atau ‘Mudah dan terjangkau’, silakan klik di www.gladioolivf.wordpress.com

Beberapa kasus infertilitas hari ini.

03/02/2012 Leave a comment

Hari ini ada beberapa kasus yang kebetulan cukup menarik untuk dibagikan.

  1. Pasangan P 41th dan W 38th, menikah 4 tahun dan mengalami telah 2 kali keguguran pada usia kehamilan awal.  Keguguran terakhir 4 bulan yang lalu, setelah dilakukan kuretase, saya memberikan asam folat dan clomiphene citrat. Mereka datang dan sang istri mengatakan kalau menstruasi kali ini hanya bercak satu hari (kemarin). Analisis sperma 2 bulan lalu normal, dan ovulasi bagus karena menstruasi teratur. Kita membahas kemungkinan keguguran berulang. Beberapa penyebab yang mungkin adalah faktor usia (suami dan istri), kelainan endokrin dan kelainan uterus sang istri, auto immune, trombofilia dan genetik.  Setelah membahas rencana terapinya,  langkah pertama adalah melakukan tes kehamilan, berhubung sang istri belum “benar2” menstruasi.  Dan…….. ternyata positif !.    Hamil, dengan risiko berulang?.  Untuk umur usia 38 risiko keguguran 20-40%, dan keguguran berulang dua kali 5% serta keguguran 3 kali 1 %.  Ya, kita berhati-hati dan berusaha memberikan yang terbaik untuk kasus ini.  Saat ini saya memberikan hormon progesteron pesari (per rektal), asam asetilsalisilat 80mg, dan multivitamin.  Semoga embrio berkembang menjadi janin dan bayi yang sehat.
  2. Suami istri yang 13 hari lalu melakukan inseminasi, mengirimkan SMS dengan menceritakan kalau beberapa hari ini mengalami mual, dan badan terasa tidak enak sehingga mereka melakukan tes kehamilan sebelum waktunya. Dan hasilnya masih negatif.  Saya menerangkan bahwa hasil negatif itu belum berarti apa-apa karena masih ada kemungkinan menjadi positif pada beberapa hari berikutnya.  Mual dan badan yang merasa tidak enak bisa saja dari tanda hamil, namun dapat juga merupakan efek samping karena kecemasan.
  3. Seorang suami yang masih cukup muda (32 th) mendapati hasil analis spermanya amat ‘memprihatinkan’ Asthenozoospermia. dengan motilitas 0/1/7/92.  Tidak sedikit para pria muda-sehat-atletis dengan sperma bermasalah disebabkan oleh varikokel, yaitu varises pada daerah testis yang menyebabkan pematangan sperma menjadi terganggu.  Sementara lebih jarang daripada kasus varikokel adalah masalah hormonal dan fungsi testis. Beberapa evaluasi yang kita lakukan adalah pemeriksaan riwayat kesehatan sebelumnya, adanya varikokel, pemeriksaan hormonal LH FSH dan Testosteron, sementara saya juga menganjurkan analisis sperma ulang.
  4. Pasangan suami istri (P 40th dan W 33th) mengalami infertilitas sekunder. Setelah evaluasi fisik dan hormonal didapatkan faktor pria yang nyata. Dan penyebab yang kita temukan adalah riwayat penggunaan obat anti kolesterol yang telah dikonsumsi lebih dari 4 tahun !. Setelah penghentian obat tersebut selama 4-5 bulan, kondisi sperma sekarang menjadi ‘hidup’ lagi, dari azoospermia (jumlah 0) menjadi asthenozoospermia (jumlah normal, namun kualitas kurang) . Selain masalah efek samping obat, kita dapatkan faktor okupasi (pekerjaan) sangat mempengaruhi, dimana polusi dari bahan-bahan bangunan dan kimia sangat nyata.

Setiap kasus infertilitas adalah unik, dan sangat bervariasi. Pendekatan evaluasi dan terapi tergantung pada banyak sekali faktor, oleh karena itu, tidak ada ‘standar baku’ algoritma pengelolaan yang 100% cocok untuk semua pasangan infertil.

Dr. D

Kegemukan dan kesuburan

21/01/2012 Leave a comment

Hari ini saya dikunjungi beberapa pasien yang datang dengan kegemukan.  Ada yang baru pertama kali dan ada pasien lama yang datang lagi untuk melanjutkan terapi (masalah reproduksi).  Saya membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menjelaskan masalah kegemukan ini  dan hubungannya dengan kondisi mereka.

Sudah lama saya prihatin dengan masalah kegemukan ini, karena saya tahu sebagian masyarakat tidak menganggap serius pentingnya masalah kegemukan ini, sehingga tidak waspada terhadap pentingnya mengatur pola makan dan berolah-raga.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kegemukan merupakan salah satu penyakit kronik yang banyak diderita masyarakat.  Tidak sedikit anak-anak, remaja, calon pengantin, pasangan menikah, bahkan wanita paruh baya datang dengan keluhan penyakit tertentu yang ternyata semua berkaitan dengan status kegemukan (obesitas) mereka.

Kali ini saya ingin memberikan beberapa fakta singkat hubungan obesitas dengan kesehatan reproduksi.  Fakta-fakta di bawah semuanya berasal dari penelitian yang telah ditulis di jurnal  kesehatan.

  1. Obesitas mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi.  Kegemukan yang diderita sejak anak-anak, akan membawa risiko siklus menstruasi tidak teratur pada saat mereka sudah dewasa.
  2. Sindroma ovarium polikistik (PCOS) adalah penyakit hormonal yang paling sering diderita seorang wanita, terutama wanita dengan obesitas.  PCOS ditandai dengan obesitas, kegagalan ovulasi, infertilitas, hirsutisme (pertumbuhan rambut seperti pria), dan resistensi insulin.
  3. Sebagian besar wanita gemuk tidak infertil, dan penelitian menunjukkan tidak ada kaitan antara laju kehamilan dengan obesitas, namun laju kehamilan akan meningkat pada wanita obes dan anovulasi yang menurunkan berat badan mereka.
  4. Sebuah penelitian menemukan bahwa kemungkinan konsepsi (pembuahan) secara  alamiah menurun 4% setiap kg/m2, untuk Indeks Masa Tubuh (IMT)  > 29 (obesitas).
  5. Banyak wanita obesitas yang merasakan manfaat dan berhasil hamil dengan proses bayi tabung (IVF),  namun penelitian juga mencatat efek buruk obesitas terhadap proses yang dilakukan. Obesitas berhubungan dengan penggunaan suntikan hormon yang lebih lama dan lebih banyak, peningkatan jumlah siklus IVF yang gagal karena respon yang tidak adekuat, dan hasil oosit yang sedikit.
  6. Obesitas berhubungan dengan keguguran pada wanita-wanita yang sedang menjalani bayi tabung, dan keguguran meningkat secara progresif pada wanita dengan kelebihan berat badan.
  7. Pada kehamilan, obesitas berhubungan dengan penyakit preeklamsia, diabetes gestasional, bayi besar (makrosomia), dan persalinan sesar.
  8. Obesitas juga berhubungan dengan peningkatan risiko cacat lahir.   Kemungkinan mekanismenya adalah pada wanita dengan obesitas terdapat gangguan metabolik seperti diabetes, hiperglikemia, peningkatan insulin, defisiensi dan kelebihan nutrisi, yang sering penyakit-penyakit tersebut tidak terdiagnosis pada saat hamil.

Oleh karena obesitas berkaitan erat dengan peningkatan risiko-risiko di atas, maka penuruan berat badan sangat dianjurkan bagi wanita yang obesitas yang merencanakan kehamilan.

Bagaimana dengan para pria?

  1. Insidensi oligozoospermia dan asthenospermia meningkat dengan peningkatan IMT.  Hal ini mungkin berhubungan dengan masalah hormonal, suhu tubuh dan mekanisme genetik.
  2. Pada pria obes, androgen dirubah menjadi estrogen melalui aromatisasi di lemak perifer, sehingga kadar testosteron menurun.
  3. Kadar hormon yang abnormal terjadi di setiap pria yang gemuk, dan makin jelas pada pria obes yang infertil.

Obesitas juga berhubungan dengan banyak masalah kesehatan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dislipidemia, masalah pernafasan, sleep apnea, esofagitis refluk, osteoartritis, inkontinensia urin, dan….. kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur, dan kanker kolon.

Terapi

Pada studi lebih dari 28.000 wanita dengan kelebihan berat badan,  penurunan berat badan > 8 kg berhubungan dengan kematian akibat penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Penurunan berat badan juga terbukti memperbaiki siklus mensturasi, meningkatkan kemungkinan kehamilan dan menurunkan risiko keguguran (terutama pada wanita PCOS) .  Fungsi ovarium kembali pada sebagian besar wanita PCOS yang menurunkan berat badan 5-10%.

Terapi utama dari obesitas adalah perubahan gaya hidup termasuk modifikasi pola makan dan olah raga teratur.  Olah raga yang direkomendasikan adalah olah raga dengan intensitas sedang, minimum 30 menit, dan minimum 3 hari dalam seminggu.  Pola makan difokuskan pada pembatasan kalori dan peningkatan penggunaan energi.  Diet rendah kalori (1.000-1.200 kkal/hari) diharapkan dalam 6 bulan dapat menurunkan berat badan 10% .  Sedangkan penurunan 500-1.000 kkal/hari dari jumlah biasanya akan menurunkan ½ kg perminggu.

Tantangan sebenarnya adalah bagaimana seseorang itu mengatur ‘pola diet dan olah raga’ yang cocok bagi dirinya sendiri.  Diet yang terlalu ketat dan sulit, dan tidak serius meluangkan waktu untuk berolah raga, akan menyebabkan kegagalan dalam merubah gaya hidup, sehingga penurunan berat yang diinginkan tidak tercapai.

Perubahan gaya hidup saja (diet dan olah raga),  sayang sekali menurut banyak penelitian, mengalami banyak kegagalan.  Penurunan berat badan akan berhasil jika diet dan olah raga dikombinasi dengan pemberian-obat-obatan yang teratur.   Beberapa obat yang direkomendasikan adalah : obat anti absorptive, penekan nafsu makan, dan anti diabetik oral.

Semoga bermanfaat.

Dr. D

Analisis sperma.. siapa takut!?

17/01/2012 1 comment

Banyak sekali alasan seorang suami untuk menghindari pemeriksaan sperma ini. Dari malu, sungkan, gengsi, atau karena alasan klasik bahwa penyebab infertilitas bukan karena dia, melainkan dari pihak istri.  Pada pria-pria seperti ini terkadang saya merasa kasihan karena saya yakin, sebenarnya mereka ingin masalahnya dibantu, penyebab infertilitas diketahui, dan dalam hati kecilnya yang paling dalam, mungkin mereka meragukan akan kesuburan sperma mereka. Namun ego lebih dominan sehingga terjadilah mekanisme pertahanan diri yang hal ini dapat merugikan diri sendiri.

Dari penyebab infertilitas keseluruhan, faktor pria andil sebesar 30%.  Banyak penyebab yang bisa mempengaruhi kualitas sperma. Obat-obat seperti anabolik steroid, hormon, cimetidin, spironolakton, isoniasid, calcium channel blockers, obat kemoterapi untuk pengobatan kanker, rokok, alkohol dan mariyuana sangat berpengaruh terhadap jumlah sperma. Bahkan saya pernah mendapatkan pasien dengan oligoasthenozoospermia berat oleh karena penggunaan obat penurun kholesterol yang dikonsumsi selama bertahun-tahun.

Riwayat operasi  misalnya repair hernia inguinalis, cedera vas deferens dapat pula menjadi penyebab, demikian pula penyakit menahun seperti gagal ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipo/hiper tiroid.  Penyebab lain yang cukup sering adalah pengaruh paparan kerja, misalnya pekerjaan di ruang kerja yang relatif panas, terpapar insektisida, pestisida, atau solven.   Varikokel atau varises di daerah testis, juga sering menjadi penyebab.

Oleh karena banyaknya kemungkinan penyebab yang dapat memperburuk sperma, maka tidak salah bila analisis sperma menjadi satu standar utama penyelidikan infertilitas.  Pada beberapa pasien saya mengatakan bahwa seharusnya analisis sperma adalah pemeriksaan pertama yang harus dilakukan karena mudah, murah dan tidak sakit…..  (dan pasien selalu tersenyum bila mendengarnya).

Di klinik fertilitas tempat saya bekerja, laboratorium menyediakan tempat untuk pasien mengeluarkan sperma.  Pengeluaran juga dapat dilakukan dirumah bila pasien bisa membawa spesimen dari waktu dikeluarkan sampai di laboratorium kurang dari 30 menit.  Pasien diminta untuk menahan ejakulasi kurang lebih 3 hari sebelum pemeriksaan. Hasil pemeriksaan normal analisis sperma menurut WHO adalah sebagai berikut:

Volume 2-5 cc, Jumlah  > 20 juta/ml; Motilitas > 50%; Morfologi > 40% normal; likuefaksi: 15-30 menit.

Bila dijumpai hasil analisis sperma yang kurang atau kurang baik, maka biasanya diperlukan pemeriksaan ulang 1 minggu sesudahnya pada keadaan yang lebih sehat/ nyaman guna mengkonfirmasi hal tersebut.

Perlu diingat bahwa apapun hasil analis sperma, sangat berguna untuk penentuan terapi, tindakan, dan pemilihan penatalaksanaan infertilitas.

Dr. D

Categories: Faktor Pria, Pemeriksaan

Infertil, tidak subur, kurang subur, mandul, kandungan kering ?

16/01/2012 5 comments

Hampir setiap dari kita mempunyai kenalan, teman atau saudara yang sering mendapat ‘cap’ seperti di atas.  Bahkan mungkin beberapa dari pembaca sedang mengalami masalah tersebut. Biasanya pasangan yang sudah cukup lama berusaha dan belum medapat momongan akan ‘malas’ menghadiri acara-acara keluarga atau kondangan, karena repot untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan  masalah “kenapa kok belum punya momongan?” sampai “sudah minum jamu ini? buah itu? madu ini? atau apapun yang orang berpendapat bisa ‘menyembuhkan’

Infertilitas, atau ketidaksuburan, apakah itu suatu penyakit? Yang jelas, infertilitas adalah suatu hal yang akan sangat mengganggu dari kehidupan berumah tangga. Bila hal ini terjadi akan menyebabkan pasangan merasa tidak ‘utuh’ untuk membentuk sebuah keluarga, karena ketidak hadiran atau belum hadirnya sang buah hati.  Banyak gangguan perasaan dan pikiran dapat timbul sebagai efek sampingnya, perasaan bersalah, kecewa, curiga, depresi, atau kecemasan yang berlebihan.  Hal ini tentu saja sangat berpengaruh pada semua kehidupan seseorang atau pasangannya.

Infertilitas diderita oleh kurang lebih 1 dari tiap 7 pasang suami istri, insidensinya semakin meningkat pada dekade terakhir.  Hal ini diduga oleh karena masalah perubahan sosial dan perilaku yang terjadi di masyarakat, misalnya usia menikah lebih tua, penundaan kehamilan, promiskuitas yang berujung pada infeksi menular seksual, dan perilaku (diet dan olahraga) yang tidak sehat.

Pada dasarnya, diagnosis infertilitas ditegakkan bila pasangan belum dikaruniai anak meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur (2-3 kali dalam 1 minggu) tanpa kontrasepsi selama lebih dari 1 tahun. Bila ini terjadi, maka perlu pendekatan medis, guna menyelidiki problem yang ada.  Pada beberapa kasus, misalnya usia salah satu atau kedua pasangan  sudah lebih dari 35 tahun,  atau terdapat gejala atau keluhan adanya gangguan kesuburan, maka pemeriksaan dapat dimulai sebelum 1 tahun. Gejala-gejala tersebut misalnya pada wanita adalah menstruasi yang tidak teratur atau tidak normal, nyeri (dismenore), keputihan atau gejala infeksi lain.  Pada pria, keluhan dapat berupa adanya masalah pada saat hubungan seksual, seperti disfungsi ereksi atau disfungsi ejakulasi.

Pada dasarnya penyelidikan masalah infertilitas difokuskan kepada apa kemungkinan penyebab infertilitas.  Bila hal itu dapat ditemukan dan diberikan terapinya, niscaya kehamilan akan terjadi.  Namun, pada beberapa kasus, masalah tidak dapat ‘diobati’ sehingga kehamilan spontan alami tidak mungkin lagi akan terjadi.  Pada kasus semacam ini, maka dunia medis memiliki pelayanan yang disebut Teknologi Reproduksi Berbantu (Assisted Reproduction Technology).

Pemeriksaan yang mungkin dilakukan pada sang istri adalah : Anamnesis riwayat kesehatan reproduksi, menstruasi dan kesehatan alat reproduksi, pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan patensi tuba (Histerosalphingografi/Pertubasi/Hidrotubasi), Ultrasonografi, pemeriksaan darah rutin dan hormon darah bila diperlukan.

Pemeriksaan pada suami: Anamnesis masalah kesehatan seksual, keluhan infeksi, dan pemeriksaan laboratorium (darah dan analisis sperma).  Bila mengarah pada masalah sperma (dan ini masalah yang paling sering terjadi dari infertilitas faktor pria) maka diperlukan pemeriksaan testis (adakah varikokel) dan pemeriksaan hormon darah.

Oleh karena banyak keadaan  yang harus diperiksa pada pemeriksaan  kasus infertilitas, maka penanganan infertilitas ini terkadang memerlukan usaha , pikiran, waktu, tenaga, dan tentu saja biaya yang banyak.  Disinilah tugas seorang dokter untuk dapat mengerti kebutuhan pasien.  Terkadang pemeriksaan dapat dilakukan step by step yang terarah dengan gejala dan tanda, bila satu langkah setelah evaluasi tidak didapatkan jawaban, baru beralih ke langkah selanjutnya. Hal ini sepertinya membutuhkan biaya yang lebih ‘ekonomis’, namun akan mengorbankan waktu yang lebih banyak.  Pemeriksaan juga dapat dilakukan menyeluruh dalam tempo yang cepat. Dibandingkan dengan langkah yang pertama, cara ini akan terkesan lebih cepat, namun membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal-hal seperti ini yang membuat pemeriksaan dan penanganan infertilitas sangat beragam dan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Bagi saya, manapun cara yang dipakai, harus kita diskusikan dulu dengan pasien, yang paling penting adalah tujuan tercapai yaitu kehamilan, tanpa memberatkan atau membuat pasien kesulitan.

Masih banyak lagi yang dapat kita bahas, semoga sedikit informasi di atas dapat membantu bagi yang sedang menjalani masa ‘sulit’ dan jangan lupa untuk selalu saling mendukung, menjaga harapan,  berdoa dan berusaha.

Salam

Dr.D